LATAR BELAKANG
Potret buram kondisi dan permasalahan sanitasi di kota-kota di Indonesia dapat terlihat dari beberapa kegiatan masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatan dan kualitas lingkungan pemukiman, misalnya:
- Mencuci dan mandi di sungai yang tercemar
- Selokan tersumbat sampah dan lumpur
- MCK yang tidak berfungsi
- Efluen industri di kawasan permukiman
- Buang air besar sembarangan (BABS)
- Jamban yang asal-asalan
- Pembuangan liar lumpur tinja
Di sisi lain akses masyarakat terhadap kualitas dan tingkat pelayanan sanitasi masih relatif rendah, hal ini dapat terlihat pada:
a. Air limbah
- Setempat dan komunal : 69,3%
- Terpusat skala kota : 1,65%
b. Persampahan
- Sampah terangkut : 20,63%
c. Drainase
- Saluran berfungsi baik/mengalir lancar : 52,83%
PERMASALAHAN SANITASI DI INDONESIA
- Akses sanitasi penduduk Indonesia masih sangat rendah : 70 juta penduduk masih melakukan praktik BABS
- Sampah tidak terkelola dengan baik : 98% TPA kita masih dioperasikan secara OPEN DUMPING
- Dampak kesehatan masyarakat sudah sangat parah : setiap 1000 bayi yang lahir, hampir 50 di antaranya meninggal akibat diare sebelum usia 5 tahun - menurunkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia atau HDI) - Indonesia hanya menempati urutan 41 dari 102 negara berkembang di dunia
- Investasi sanitasi masih belum memadai : 5 tahun terakhir, investasi sudah meningkat pesat, yaitu Rp. 5.000/kap/tahun. Pada 1994-2004 hanya mencapai Rp. 200/kap/tahun. Namun peningkatan tersebut masih jauh dari ideal (baru 10% dari kebutuhan pelayanan sanitasi dasar, yakni Rp. 47.000/kap/tahun).
PEMBELAJARAN DARI PROGRAM SANITASI TERDAHULU
Dari Program-program yang gagal:
- Sifatnya top down
- Masyarakat tidak dilibatkan, atau hanya sekedar diberitahu
- Proyek sepenuhnya dibiayai pemerintah
- Pengelolaan tidak melibatkan masyarakat
- Aspek perubahan perilaku tidak menjadi prioritas
- Perencanaan dilakukan oleh tenaga ahli, kemudian dijelaskan kepada masyarakat/Pemda.
Dari Program-program yang berhasil:
- Merespon pada keinginan masyarakat
- Masyarakat berkonstribusi pada sebagian / seluruh tahapan pembangunan
- Masyarakat secara aktif ikut mengelola
- Masyarakat menentukan pilihan teknologi
- Perubahan perilaku masyarakat sebagai prasyarat utama
- Perencanaan dilakukan oleh masyarakat dan Pemda, difasilitasi oleh tenaga ahli
PROGRAM PPSP SEBAGAI UPAYA TEROBOSAN
Apa itu PPSP?
- Upaya TEROBOSAN untuk mengejar ketertinggalan dalam pembangunan sanitasi - TIDAK BISA LAGI business as usual
- Menjadikan sanitasi sebagai urusan bersama - Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi, Pusat, Swasta, Donor dan Masyarakat
- Mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk menyusun suatu perencanaan strategis pembangunan sektor sanitasi yang komprehensif dan koordinatif - Strategi Sanitasi Kota (SSK)
- Mendukung pencapaian target RPJMN 2010 – 2014
- Stop BAB Sembarangan (Stop BABS) di wilayah perkotaan dan perdesaan pada 2014
- Perbaikan pengelolaan persampahan melalui implementasi 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan TPA berwawasan lingkungan (sanitary landfill dan controlled landfill)
- Pengurangan genangan di sejumlah kota/kawasan perkotaan seluas 22.500 Ha.
SIAPA YANG MELAKSANAKANNYA?
- Pemerintah Pusat : Tim Teknis Pembangunan Sanitasi / Pokja AMPL Nasional, Bantuan Teknis, fasilitasi kegiatan di kabupaten/kota dan provinsi, advokasi, penguatan kelembagaan
- Pemerintah Provinsi : POKJA AMPL/Sanitasi: Koordinasi dan pengorganisasian kabupaten / kota
- Pemerintah Kabupaten/Kota : Pokja AMPL/Sanitasi: Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK)
- Full Team (+ masyarakat, donor, dll) dalam implementasi!
SUMBER PENDANAAN PROGRAM PPSP
- APBN Anggaran 999 : Operasionalisasi PMU, koordinasi & perencanaan program
- APBN Kem Kesehatan : Operasionalisasi PIU Advokasi, kegiatan advokasi, pelaksanaan pendampingan bidang advokasi dan kampanye
- APBN Kem Dagri : Operasionalisasi PIU Kelembagaan, kegiatan penguatan kapasitas di pusat dan daerah
- APBN Kem PU : Operasionalisasi PIU Teknis, perekrutan fasilitas dan KMW (Konsultan Manajemen Wilayah), penguatan kapasitas bidang teknis
- APBD Propinsi : Operasionalisasi Pokja AMPL/Sanitasi
- APBD Kota/Kab : Operasionalisasi Pokja AMPL/Sanitasi, pelaksanaan studi-studi pendukung
- Hibah Belanda : (1) Melalui WES UNICEF : pelatihan fasilitator, dan (2) Melalui USDP (Urban Sanitation Development Program) : penyediaan tenaga ahli
- Hibah AusAID : (1) Melalui WASPOLA Facility : bridging pengadaan fasilitator Provinsi hingga Mei 2010. dan (2) Melalui InDII : bridging pengadaan fasilitator kota/kab hingga Mei 2010.
Catatan:
- Makalah disajikan oleh Nugroho Triutomo, BAPPENAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar